Monday 19 May 2014

metode penelitian Hadits

MAKALAH
METODE PENELITIAN HADITS

Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : HJ Istianah M.A




Di Susun Oleh: 
Khoerul Anas 1310110055

________________________________________
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2013 / 2014


BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Hadis ( hadis ) nabi merupakan sumber ajaran islam, disamping alquran. Dilihat dari periwayatannya hadis nabi. Untuk alquran semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir, sedang untuk hadis nabi sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. Karenanya, alquran dilihat dari periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai qot’i al-wurud, dan sebagian lagi, bahkan yang terbanyak berkedudukan zanni al-wurud. Dengan demikian dilihat dari segi periwayatannya, seluruh ayat alquran tidak perlu dilakukan penelitian tentang orisinalitasnya, sedang hadis nabi,dalam hal ini yang berkategori ahad, diperluakan penelitian. Dengan penelitian itu akan diketahui, apakah hadis yang bersangkutan dapat dipertanggung jawabkan periwayatannya berasal dari nabi ataukah tidak.
Selanjutnya adakalanya setelah hadis diteliti sanad dan mtannya serta diketahui bahwa hadis yang bersangkutan berstatus maqbul(dapat diterima sebagai dalil) ternyata hadis itu tanpak bertentagan, dengan hadis lain yang berstatus maqbul juga atau bertentagan dengan dalil lainnya yang sah. Yang diteliti bukanlah status maqbulnya (tidak maqbul biasa disebut dengan istilah mardud, yakni ditolak sebagai dalil)melainkan apakah hadis yang diteliti dapat diamalkan (ma’mul bih) ataukah tidak dapat diamalkan (ghoirul ma’mul bih).
Untuk kepentigan penelitian hadis, ulama ahli kritik telah menyusun berbagai kaidah dan cabang pengetahuan hadis (himpunan cabang pengetahuan tentang hadis itu biasa disebut dengan istilah ‘ulumul hadis, sebagai jamak dari kata ‘ilmu hadis) dengan berbagai kaidah dan cabang pengetahuan hadis itu, disusunlah metodologi penelitian hadis. Tulisan ini bermaksut untuk menjelaskan beberapa hal penting berkenaan dengan metodologi penelitian hadis tersebut.

2. Kemungknan hasil penelitian
a) Dilihat dari jumlah periwayat hadits
Hadits yang diteliti mungkin memiliki sanad yang banyak dan mungkin tidak memiliki sanad yang banyak. Yang memiliki sanad yang banyak mungkin melibatkan periwayat yang banyak dan mungkin tidak melibatkan Periwayat yang banyak. Yang melibatkan periwayat yang banyakmungkin termasuk hadits mutawatir dan munkin tidak termasuk hadits mutawatir.apabila hadits yang diteliti ternyata bersetatus mutawatir, maka telah berahirlah kegiatan penelitian terhadap hadits yang bersangkutan. Status kemutawatiran suatu hadits telah memberikan keyakinan yang pasti bahwa hadits tersebut benar-benar memang berasal dari nabi Muhammad. Apabila hadits yang diteliti ternyata tidak bersetatus mutawatir, tapi bersetatus ahad, maka kegiatan penelitian masih belum berahir. kegiatan penelitian yang ahad baru dinyatakan berahir bila sanad dan matan hadits yang bersangkutan telah diteliti dan diketahui kualitasnya.
b) Dilihat dari kualitas sanad dan matan hadit
Hasil penelitian hadits dilihat dari keadaan sanad dan matannya tidak terlepas dari 4 kemungkinan, yakni mungkin hadits yang bersangkutan berkualitas sahih, atau mungkin berkualitas hasan, atau mungkin berkualitas dla’if, atau mungkin juga hadits yang diteliti itu ternyata hadits palsu atau maudlu’. Dengan diketahui kualitas hadits yang bersangkutan, maka selesailah penelitian hadits dilihat dari keadaan sanad dan matannya.

3. Tujuan penelitian Hadits
Tujuan penelitian hadits baik dari segi sanad maupun matan adalah untuk mentapi kualitas hadits yang diteliti. Kualitas hadits sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan hadits yang bersangkutan. Hadits yang kualitasnnya tidak memenuhi syarat tidak dapat digunakan sebagai hujjah.

4. Rumusan masalah
Dari bacaan pendahulua, kami merumuskan masalah sebagai berikut ;
1) Bagaimana metode penelitian Hadits?
2) Apa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian Hadits?
3) Apa manfaat dari meneliti Hadits?





BAB II
B. PEMBAHASAN
Dalam metode penelitian hadits, Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan  tahkhrijul hadits. Untuk mengetahui kitab kamus hadits yang besar manfaatnya bagi kegiatan tahkhrijul hadits dan sekaligus memahami cara penggunaan dari kamus itu perlu dibaca. Berikut ini beberapa kitab dan buku, misalnya:
1. Usul at- tahkhrij wa Dirasat al-Asanid. Susunan dari Dr. Mahmud at-Tahhan.
2. Cara praktis mencari hadits. Susunan dari Dr. M. Syuhudi Ismail.
Dalam buku cara praktis mencari hadits dikemukakan bahwa metode tahkhrij ada 2 macam, yaitu ;
1. Tahkhrijul hadits bi-lafz
Ada kalanya hadits yang akan diteliti hanya diketahui sebagian matannya. Bila demikian, maka tahkhrij melalui penelusuran lafal matan lebih mudah dilakukan. Kitab-kitab yang diperlukan antara lain, kitab kamus hadits susunan Dr. A. J. wensinck DKK yang diterjemahkan kedalam bahasa arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dengan judul Al_Mu’jam Al-Mifahras Li Alfaz Al_Hadits An nabawi.
Kitab-kitab hadits yang menjadi rujukan kamus hadits tersebut ada 9 kitab, yakni ; sahih bukhari, sahih muslim, sunan Abi dawud, sunan Atturmidzi, sunan Annasa’I, sunan Ibni majah, sunan Addarimi, Muatta’ Malik, dan musnad Ahmad bin Hammbal.
Kemungkinan hasilnya yaitu; setelah kegiatan tahkhrij dilakukan, mungkin belum semua riwayat dicakup. Untuk itu, hadits yang telah di tahkhrij tadi, lafalnya yang lain perlu dicoba dipakai untuk men tahkhrij lagi. Dengan demkian, akan dapat diketahui semua riwayat berkenaan dengan hadits yang telah ditelusuri tadi.ada kalanya, semua lafal dalam matan hadits telah dipakai sebagai acuan untuk melakukan tahkhrij hadits, tetapi hasilnya belum lengkap juga, maka dalam hal ini masih perlu dipakai kitab hadits lainnya yang mngkin dapat melengkapinya.
2. Tahkhrijul hadits bil-maudu’
Hadits yang akan diteliti tidak terikat pada bunyi lafal matan hadits tetapi berdasarkan topic masalahnya. Kitab-kitab yang diperlukan yaitu; kitab kamus yang disusun berdasarkan topic masalah yang relative agak lengkap, ialah kitab susunan Dr. A. J. wensin yang berjudul Miftah Kunuz Assunah.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 kitab. Yakni 9 kitab yang menjadi rujukan al Mu’jam sebagaimana yang telah dikemukakan diatas ditambah dengan musnad Zaid bin Ali, musnad Abi Daud At Tayalisi, Tabaqat Ibn Sa’ad, Sirah Ibn Hisyam, dan Magasi Al Waqidi.
Kemungkina hasilnya, yaitu; data yang dimuat dalam kitab miftah tersebut memang sering tidak lengkap, begitu juga topic yang dikemukakan. Walaupun begitu, kitab kamus tersebut cukup membantu untuk melakukan kegiatan tahkhrij hadits berdasarkan topic masalah. Untuk melengkapi data yang dikemukakan oleh kitab tersebut dapat dipakai sejumlah kitab himpunan hadits yang disusun berdasarkan topic masalah. Misalnya, Muntakhab Kanzil Ummal susunan Ali Bin Hisyam Addin Al Mutqi yang kitab rujukannya lebih dari 20 macam kitab.

Langkah-langkah penelitian SANAD HADITS
A. Melakukan Al I’tibar
Setelah dilakukan kegiatan tahrij, sebagai langkah awal penelitian untuk hadits yang diteliti, maka seluruh sanad hadits dicatat dan di himpun untuk kemudian dilakukan kegiatan Al I’tibar.
1. Arti dan kegunnaan Al I’tibar
Kata Al I’tibar الاعتبار merupakan masdar dari kata اعتبر menurut bahasa, arti dari Al I’tibar adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. Menurut istilah ilmu hadits, Al I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits tertentu, yang hadits itu yang bagian sanad nya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadits yang dimaksud.
Dengan dilakukanyya Al I’tibar maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadits yang diteliti, demikian juga dengan nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan Al I’tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadits seluruhnya dilihat dari ada atau tridak adanya pendukung berupa periwayat yang bersetatus mutabi’/syahid.

2. Pembuatan skema sanad
Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan Al I’tibar, diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadits yang akan diteliti. Dalam pembuatan skema ada 3 hal yang penting yang perlu mendapat perhatian, yakni ;
1) Jalur seluruh sanad ;
2) Nama-nama periwayat untuk seluruh sanad ;
3) Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-msing periwayat.

3. Contoh ntuk sanad dari seorang mukharij
Hadit yang berbunyi من رائ منكم منكرا atau yang semakna dengannya, menurut hasil takhrij sebagaimana yang telah dikemukakan dalam bab ke_4, sub-bab C.2.a. yang lalu, diriwayatkan oleh :
1) Muslim dalam shahih muslim, juz I, hal 69.
2) Abu Daud dalam sunan Abi Daud, Juz I, Hal 297.
3) Attirmidzi dalam sunan Adtirmidzi, Juz III, hal 317-318.
4) Annasa’I dalam sunan Annasa’I, Juz VIII, hal 111-112.
5) Ibnu Majah dalam sunan Ibnu Majah, Juz I, hal 406.
6) Ahmad Bin Hammbal dalam musnad Ahmad Juz III, hal 10,20,49,52-53,dan 92.

A. Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya
1) Kaidah kesahihan sanad sebagai acuan
Untuk meneliti hadits, diperlukan acuan. Acuan yang digunakan adalah kaidah kesahihan hadits bila ternyata hadits yang diteliti bukanlah hadits mutawatir. Benih-benih kaidah kesahihan hadits telah muncul pada zaman nabi dan zaman para sahabat. Imam syafi’I imam bukhari, imam muslim, dan lain-lain telah memperjelas banih-benih kaidah itu dan menerapkan pada hadits yang mereka teliti dan mreka riwayatkan.
Salah seorang ulama hadits yang berhasil menyusun rumusan kaidah kesahihan hadits tersebut adalah Abu Amr Utsman Bin Abdilrahman Bin Assalah, yang biasa disebut sebagai Ibnu Assalah.
اما الحد يث الصحيح : فهو الحد يث المسندالذ ئ يتصل اسنا ده ينقل العد ل الظا بط الئ منتها ه ولايكو ن شا ذا ولا معللا
Adapun hadits sahih adalah hadit yang bersambng sanadnya (sampai kepada nabi), diriwayatkan oleh (periwayat) yang adil yang dhabit sampai ahir sanad, (didalam hatis itu) tidak terdapat kejanggalan (syuzuz) dan cacat (illat). Berangkat dari definisi itu dapat dikemukakan bahwa unsu-unsur kaidah kesahihan hadits adalah sebagai berikut :
a) Snad hadits yang bersangkutan harus bersambung dari Mukharijnya dsampai kepada nabi.
b) Seluruh periwayat dalam hadits itu harus bersifat Adil dan Dhabit.
c) Hadits itu, jadi sanad dan matannya harus terhindar dari kejanggalan dan cacat.
Rumusan dari Imam Annawawi yaitu sebagai berikut;
مااتصل سنده با لعدول الضابطين من غير شذ وذ ولا عله
Maksud dari rumusan diatas yaitu ; Hadits Sahih adalah Hadits yang bersambung sanadnya, (diriwayatkan oleh orang-orang yang) adil dan Dhabit, serta tidak terdapat (dalam hadits itu) kejanggalan (Suzus) dan cacat (Illat).
B. Segi-segi Periwayat yang diteliti
Ulama hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat hadis untuk dapat diketahui apakah riwayat hadin dabit, yang dikemukakakannya dapat diterima sebaagai hujjah ataukah harus ditolak. Kedua hal itu adalah keadilan dan kedabitannya. Keadilan berhubungan dengan kualitas pribadi, sedang keadilan berhubungan dengan kualitas pribadi. Untuk sifat adil dan sifat dabit, masing-masing memiliki kriteria tersendiri:
a. Kualitas pribadi periwayat dan,
b. Kapasitas intelektual periwayat

C. Sekitar AL-JARH WAT-TA’DIL 
AL-JAR WAT-TA’DIL. Para periwayat hadis muali dari generasi sahabat Nabi sampai generasi mukharrijul-hadis (periwayat dan sekaligus penghimpun hadis) telah tidak dapat dijumpai secara fisik karena mereka telah meninggal dunia. Untuk mengenali keadaan pribadi mereka, baik kelebihan maupun kekurangan mereka di bidang periwayat hadis,diperlukan informasi dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama ahli kritik rijal (para periwayat) hadis.
Menurut bahasa, al-jarhmerupakan masdar dari kata jaraha –yajrahu, yang berarti “melukai”. Keadaan luka dalam hal ini dapat berkaitan dengan fisik, misalnya luka terkena senjata tajam, ataupun berkaitan dengan nonfisik, misalnya luka hati karena kata-kata kasar yang dilontarkan oleh seseorang. Apabila kata jaraha dipakai oleh hakim pengadilan yang ditunjukan kepada masalah kesaksian, maka kata tersebut mempunyai arti “menggugurkan keabsahan saksi”. Sadangakan kata al_ta’dil, asal katanya adalah masdar dari kata kerja ‘addala, artinya mengemukakan sifat –sifat adil yang dimiliki oleh seseorang. Menurut istilah ilmu hadis, kata at-ta’dil merupakan arti: mengungakap sikap-sikap bersih yang ada pada diri periwayat, sehingga dengan demikian tanpak jelas keadilan pribadi periwayat itu dan karenanya riwayat yang disampaikan diterima.

D. Persambungan  SANAD yang diteliti
a) LAMBANG-LAMBANG METODE PERIWAYAT.
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa sanad hadis selain memuat nama-nama periwayat, juga memuat lambang-lambang atau lafat-lafat yang memberi petunjuk tentang metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Dari lambang-lambang itu dapat diteliti tingkat akurasi metode periwayatan yang digunakan oleh periwayat yang termuat namanya dalam sanad.
Lambang-lambang atau kata-kata yang tidak disepakati penggunaannya , misalnya sami’tu, haddasana, akhbaraalna, dan qa lana. Untuk kata sami’tu, sebagian para ulama menggunakannya untuk al-qira’ah. Kata-kata hadasana, akhbarana,dan qala lana, oleh sebagian periwayat digunakan untuk lambang metode as-sama’, oleh sebagian periwayat digunakan untuk lambang metode al-qira’ah dan oleh sebagian periwayat lagi digunakannya untuk lambang metode al-ijazah.
b) HUBUNGAN PERIWAYAT DENGAN METODE PERIWAYATAN
secara mudah, keadaan periwayat dapat dibagi kepada yang siqoh dan yang tidak siqah. Dalam menyampaikan riwayat, periwayat yang siqah memiliki tingkat  akurasi yang tinggi dan karenanya dapat dipercaya riwayatannya. Bagi riwayat yang tiadak siqah, perlu terlebih dahulu diteliti letak ketidak siqat-annya, yakni apakah berkaitan dengan kualitas pribadinya ataukah berkaitan dengan kapasitas intelektualnya.
Dalam hubungannya dengan persambungan sanad, kualitas periwayat sangat menentukan. Periwayat yang tidak siqah yang menyatakan telah menerima riwayat dengan metode sami’na, misalnya walaupun metode itu diakui ulam hadis memiliki akurasiyang tinggi, tetapi karena yang menyatakan lambang itu adalah orang yang tidak siqah, maka informasi yang dikemukakannya tetap tidak dapat dipercaya.

E. Meneliti SYUZUZ dan ‘ILLAT
Penelitian terhadap kedua hal tersebut memang termasuk lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian terhadap keadaan para periwayat dan persambungan sanad hadis secara umum.

a) MENELITI SYUZUZ
Ulama berbeda pendapat tentang pengertian syuzuz suatu hadis. Dari pendapat- pendapat yang berbeda itu ada tiga pendapat yang menonjol, yakni bahwa yang dimaksud dengan hadis syuzuz ialah:
hadis yang diriwayatkan orang yang siqah, tetapi riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang dikemukakanoleh banyak riwayat yang siqah juga. Pendapat ini dikemukakan oleh imam asy-syafi’i
hadis yang diriwayatkan oleh oarang yang siqah, tetapi oarang yang siqah lainnya tidak meriwayatkan hadis itu.pendapat ini dikemukakanoleh al-hakim an-Naisaburi
Hadis yang sanadnya hanya satu buah saja, baik riwayatnya bersifat siqah maupun tidak bersifat siqah. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu ya’la al-Khalili.
Dari ketiga pendapat itu, maka pendapat imam sa-syafi’i merupakan pendapat yang paling banyak di ikuti oleh para ulama ahli hadis sampai saat ini. Berdasarkan pendapat imam as-syafi’i tersebut, maka dapat di tegaskan bahwa kemungkinan suatu sanad mengandung syuzuz bila sanad yang diteliti lebih dari satu buah. Hadis yang hanya memiliki sebuah sanad saja, tidak dikenal adanya kemungkinan mengandung syuzuz.

b) MENELITI ILLAT.
Perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa pengertian illat(cacat)dalam hal ini bukanlah ‘illat dalam arti umum,yakni cacat hadis yang oleh ulama dinyatakan mudah untuk diketahuinya, yang biasa disebut dengan ta’nul hadis. Hadis yang mengandung ‘illat dalam arti umum itu memang bukanlah hadis yang sanadnya tampak sahih.
‘illat yang disebutkan dalam salah satu unsur kaidah kesahihan sanad hadis ialah ‘illat yang untuk mengetahuinya diperlukan penelitian yang lebih cermat sebab hadis yang bersangkutan tanpak sanadnya berkualitas sahih. Cara menelitinya antara lain dengan menbanding-bandingkan semua sanadyang ada untuk matn yang isinya semakna. Ulam ahli kritik hadis mengakui bahwa penelitian ‘illat hadis yang disinggung oleh salah atu unsur kesahihan sanad hadis itu sulit dilakukan. 

Langkah-langkah penelitian MATAN HADITS
A. Meneliti matn dengan melihat kualitas sanadnya
1. Meneliti matan sesudah sanad
Dilihat darisegi obyek penelitian matan dan sanad hadis memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan status kehujahan hadis. Dalam urutan kegiatan penelitian ulama’ hadis mendahulukan penelitian sanad atas penelitian matan.
Setiap matan harus bersanad
Langkah penelitian yang dilakukan oleh ulama hadis tersebut tidaklah berarti bahwa sanad  lebih penting daripada matn. Bagi ulama hadis, dua bagian riwayat  hadfs itu sama-sama pentingnya, hanya saja penelitian matan barulah mempunyai arti apabila sanad dari matan hadis yang bersangkutan telah jelas-jelas memenuhi syarat. Latarbelakang pentingnya penelitian hadis sebagaimana dikemukakan dalam bab kedua yang lalu memberi petunjuk bahwa setiap hadis memiliki sanad. Tanpa adanya sanad, pada suatu matan maka suatun matan tidak dapat dinyatakan sebagai berasal dari rasulullah.
2. kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya
Menurut Ulama’ Hadits, suatu Hadits barulah dinyatakan berkualitas Sahih (dalam hal ini Sahih Rizatih) apabila sanad dan matan Hadits itu sama-sama berkualitas Sahih. Dengan demikian Hadits yang Sanadnya Sahih dan matannya tidak Sahih, atau sebaliknya, Sanadnya Da’if dan matannya Sahih, tidak dinyatakan sebagai Hadits Sahih.
3. Kaidah kesahihan matn sebagai acuan
Menurut ulama hadis suatu hadis barulah dinyatakan kualitasnya shahih (dalam hal ini shahih li zatih)  apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama berkualitas shahih. Dengan demikian, hadis yang sanadnya shahih dan matannya tidak shahih atau sebaliknya sanadnya dhaif dan matannya shahih tidak dinyatakan sebagai hadis shahih
Hadis yang sanadnya sahih, tetapi matnnya doif 
Apabila dinyatakan bahwa kaidah kesahihan  sanad hadis mempunyai tinkat akurasi yang tinggi, maka suatu hadis yang sanadnya sahih mestinya matnnya juga sahih. Hal itu terjadi sesungguhnya bukan disebabkan oleh kaidah kesahihan sanad yang kurang akurat, melainkan karena adanya faktor-faktor lain yang telah terjadi seperti :
a. Karena telah terjadi kaesalahan dalam melaksankan penelitian Matan
b. Karena telah terjadi kesalahan dalam melaksanakan penelitian Sanad
c. Atau karena matn hadis yang bersanggkutan telah mengalami periwayatan
secara makna yang ternyata mengalami kesalah pahaman.
Kaidah kesahihan matn sebagai acuan
Unsur- unsur kaidah kesahihan matn 
Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan bahwa unsur -unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matn yang berkualitas sahih ada dua macam, yakni terhindar dari syuzuz (kejanggalan) dan terhindar dari ‘illat( cacat). Itu berhati bahwa untuk meneliti matn, maka kedua unsur tersebut  harus menjadi acuan utama. Apabila penelitian syuzuz dan ‘illat hadis pada penelitian sanad dinyatakan sebagai kegiatan yang sulit.maka demikian juga penelitian syuzuz dan ‘illat pada matn tidak mudah dilakukan.  

B. Meneliti susunan lafal matn yang semakna
a. terjadinya prbedaan lafal
Sebab terjadinya perbedaan lafal pada matn hadis yang sema’na adalah karena dalam periwayat hadis terjadi periwayatan secara makna (ar-riwayah bil-ma’na ). Menurut ulama hadis, perbedaan lafal yang tidak mengakibatkan pebedaan makna,asalkan sanadnya sama-sama shohih,maka hal itu tetap dapat ditoleransi.
Perbedaan lafal tidak hanya disebabkan oleh adanya periwayatan secara makna,tetapi juga ada kemungkinan karena periwayat hadits yang bersangkutan telah mengalami kesalahan. Kesalahan itu tidak hanya dialami oleh periwayat yang tidak tsiqoh saja tetapi juga ada kalanya dialami oleh periwayat yang tsiqoh.
Periwayat yang bersifat tsiqoh yang mengalami kekeliruan (keraguan) dalam meriwayatkan hadits biasanya member isyarat-isyarat tertentu terhadap riwayat yang diduga terdapat kekeliruan tersebut. 
b. Akibat terjadinya perbedaan lafal
Metode muqoronah
Tujuan metode ini adalah untuk upaya konfirmasi atas hasil penelitian yang telah ada saja,tetapi juga sebagai upaya lebih mencermati susunan matan yang lebih dapat dipertanggung jawabkan keorisinilannya berasal dari rasulullah.
Ziyadah,idraj dan lain-lain
Ziyadah pada matan ialah tambahan lafal ataupun kalimat (pernyataan) yang terdapat pada matan,tambahan itu dikemukakan oleh periwayat tertentu,sedangkan periwayat tertentu lainnya tidak mengemukakannya. Untuk kepentingan penelitian matan,maka adanya tambahan kata-kataatau pernyataan dalam matan harus dilihat dari kepentingan upaya mencari petunjuk tentang dapat atau tidaknya tambahan itu dipertanggungjawabkan keorisinalannya berasal dari nabi,serta kedudukan petunjuknya dalam kehujjahan matan hadist yang bersangkutan. Yang menjadi pokok masalah bukan pengertian istilah ziyadah,melainkan ada atau tidaknya tambahan kata-kata atau pernyataan dalam matan yang sedang diteliti.
Idraj berarti memasukkan pernyataan yang berasal dari periwayat kedalam suatu matan hadist yang diriwayatkannya sehingga menimbulkan dugaan bahwa pernyataan itu berasal dari nabi karena tidak adanya penjelasan  dalam matan hadist  itu. Dilihat dari pengertian istilahnya tersebut,idraj dan ziyadah memiliki kemiripan,yakni tambahan yang terdapat pada riwayat matan hadist. Bedanya idraj b erasl dari diri periwayat,sedangkan ziyadah(yang memenuhi syarat ) merupakan bagian tak terpisahkan dari matan hadist nabi.

C. Meneliti kandungan matn
1. Membandingkan kandungan matan yang sejalan ataub tidak bertentangan.
Apabila kandungan matan yang diperbandingkan ternyata sama, maka dapatlah dikatakan bahwa kegiatan penelitian telah berakhir. Tetapi dalam praktik,kegiatan biasanya masih perlu dilanjutkan,misalnya memeriksa penjelasan masing-masing matan diberbagai kitab syarah. Dengan mempelajari kitab syarah,akan dapat diketahui lebih jauh hal-hal penting yang berkaitan dengan matan yang diteliti,misalnya pengertian kosa kata,khususnya untuk kata-kata yang ghorib(asing),pendapat ulama’ dan hubungannya dengan dalil-dalil yang lain.
Apabila kandungan matan yang diteliti ternyata sejalan juga dengan dalil-dalil lain yang kuat,minimal tidak bertentangan,maka dapatlah dinyatakan bahwa kegiatan penelitian telah selesai. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya,yakni kandungan matan yang bersangkutan tampak bertentangan dengan matan atau dalil  lain yang kuat,maka kegiatan penelitian harus dilanjutkan.

2. Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau tampak bertentangan.
Ada sejumlah hadist nabi yang tampak tidak sejalan dengan atau tampak bertentangan dengan hadist yang lain ataupun dengan ayat al-qur’an. Apabila demikian,maka pasti ada sesuatu yang melatarbelakanginya. Dalam hal ini,peneliti dituntut untuk mampu menggunakan pendekatan-pendekatan yang sah dan tepat menurut yang dituntutoleh kandungan matan yang bersangkutan.


















BAB III
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah kita membaca pemaparan materi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa langkah-langkah dalam metode penelitian Hadits. Dalam metode penelitian hadits, Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan  tahkhrijul hadits. Untuk mengetahui kitab kamus hadits yang dapat membantu bagi kegiatan tahkhrijul hadits dan sekaligus memahami cara penggunaan dari kamus itu perlu dibaca.
Langkah selanjutnya adalah meneliti Sanad Haditsnya, antara lain ;
a. Melakukan Al I’tibar
b. Segi-segi Periwayat yang diteliti
c. Sekitar AL-JARH WAT-TA’DIL
d. Persambungan  SANAD yang diteliti
e. Meneliti SYUZUZ dan ‘ILLAH
Kemudian langkah selanjutnya yaitu Langkah-langkah penelitian MATAN HADITS, antara lain ;
a. Meneliti matn dengan melihat kualitas sanadnya
b. Meneliti susunan lafal matn yang semakna
c. Meneliti kandungan matn
Dan setelah kita melaksanakan semua langkah-langkah tersebut, maka kita akan mengetahui kebenaran status dari suatu hadits.


2. Saran
Kami berharap makalah ini dapt dimanfaatkan dengan sebagaimana mestinya dan semoga membantu dalam pengembangan pengetahuan para pembaca. Kemudian kritik dan sarannya yang membangun akan selalu kami terima dengan baik 




DAFTAR PUSTAKA

Ismail, M. Syuhudi. METODE PENELITIAN HADITS. Angkasa. Bandung. 1991

Muhammad Nuruddin M.Ag. ilmu Al_Jarh Wat Ta’dim. STAIN KUDUS. Kudus. 2009

Drs. Suryadi M.Ag. Metodologi Ilmu Rijalul Hadits. Madani Pustaka Hikmah. Yogyakarta. 2003

Abu Muhammad  Abdul Mahdi Bin Abdul Qadir Bin Abdul Hadi. Metode Tahrij Hadits. Dina Utama. Semarang. 1994

Prof. Dr, H. M. Syuhudi Ismail. Kaidah kesahihan sanad hadits. PT Bulan Bintang. Jakarta. 1995


Tuesday 13 May 2014

pengertian i'tikhaf

I’tikaf,
Pengertian i’tikaf adalah tinggal atau berdian diri didalam masjid dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Beri’tikaf bisa dilakukan kapan saja. Namun, Rasulullah saw. sangat menganjurkan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Karena Inilah waktu yang baik bagi kita untuk bermuhasabah dan taqarub secara penuh kepada Allah swt. guna mengingat kembali tujuan diciptakannya kita sebagai manusia. “Sesungguhnya tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu,” firman Allah di QS. Az-Zariyat (51): 56.
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf, khususnya 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, adalah ibadah yang disunnahkan oleh Rasulullah saw. Beliau sendiri melakukanya 10 hari penuh di bulan Ramadhan. Aisyah, Umar bin Khattab, dan Anas bin Malik menegaskan hal itu, “Adalah Rasulullah saw. beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, pada tahun wafatnya Rasulullah saw.

I’tikaf yang disyariatkan ada dua macam, yaitu:
1. I’tikaf sunnah, yaitu i’tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Alah. Contohnya i’tikaf 10 hari di akhir bulan Ramadhan.
2. I’tikaf wajib, yaitu i’tikaf yang didahului oleh nadzar. Seseorang yang berjanji, “Jika Allah swt. menakdirkan saya mendapat proyek itu, saya akan i’tikaf di masjid 3 hari,” maka i’tikaf-nya menjadi wajib.
Karena itu, berapa lama waktu beri’tikaf, ya tergantung macam i’tikafnya. Jika i’tikaf wajib, ya sebanyak waktu yang diperjanjikan. Sedangkan untuk i’tikaf sunnah, tidak ada batas waktu tertentu. Menurut mazhab Hanafi, sekejab tanpa batas waktu tertentu, sekedar berdiam diri dengan niat. Menurut mazhab Syafi’i, sesaat, sejenak berdiam diri. Dan menurut mazhab Hambali, satu jam saja. Tetapi i’tikaf di bulan Ramadhan yang dicontohkan Rasulullah saw. adalah selama 10 hari penuh di 10 hari terakhir.
Syarat dan Rukun I’tikaf
Ada tiga syarat orang yang beri’tikaf, yaitu muslim, berakal, dan suci dari janabah, haid dan nifas. Sedangkan rukunya ada dua, yaitu, pertama, niat yang ikhlas. Kedua, berdiam di masjid

I’tikaf bagi muslimah
I’tikaf disunnahkan bagi pria, begitu juga wanita. Tapi, bagi wanita ada syarat tambahan selain syarat-syarat secara umum di atas, yaitu, pertama, harus mendapat izin suami atau orang tua. Apabila izin telah dikeluarkan, tidak boleh ditarik lagi.
Kedua, tempat dan pelaksanaan i’tikaf wanita sesuai dengan tujuan syariah. Para ulama berbeda pendapat tentang masjid untuk i’tikaf kaum wanita. Tapi, sebagian menganggap afdhal jika wanita beri’tikaf di masjid tempat shalat di rumahnya. Tapi, jika ia akan mendapat manfaat yang banyak dengan i’tikaf di masjid, ya tidak masalah.
Terakhir, agar i’tikaf kita berhasil memperkokoh keislaman dan ketakwaan kita, tidak ada salahnya jika dalam beri’tikaf kita dibimbing oleh orang-orang yang ahli dan mampu mengarahkan kita dalam membersihkan diri dari dosa dan cela.
1.Hikmahnya
Al-Allamah Ibnul Qayyim ‘rahimahullah berkata: “Dan (Allah) syari’atkan i’tikaf bagi mereka yang mana maksudnya serta ruhnya adalah berdiamnya hati kepada Allah dan kumpulnya hati kepada Allah, berkhalwat denganNya dan memutuskan (segala) kesibukan dengan makhluk, hanya menyibukkan diri kepada Allah semata. Belaiu juga menyebutkan diantara tujuan i’tikaf adalah agar supaya kita bertafakkur (memikirkan) untuk selalu meraih segala yang mendatangkan ridha Allah dan segala yang mendekatkan diri kepadaNya dan mendapatkan kedamaian bersama Allah sebagai persiapan kita menghadapi kesepian di alam kubur kelak.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah berkata: Tujuan dari pada itikaf adalah memutuskan diri dari manusia untuk meluangkan diri dalam melakukan ketaatan kepada Allah di dalam masjid agar supaya meraih karunia dan pahala serta mendapatkan lailatul qadar. Oleh sebab itu hendaklah seorang yang beritikaf menyibukkan dirinya dengan berdzikir, membaca (Al-Quran), shalat dan ibadah lainnya. Dan hendaklah menjauhi segala yang tidak penting dari pada pembicaraan masalah dunia, dan tidak mengapa berbicara sedikit dengan pembicaraan yang mubah kepada keluarganya atau orang lain untuk suatu maslahat, sebagaimana hadis Shafiyyah Ummul Mukminin radhiallahu anha berkata: Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam beritikaf lalu aku mengunjunginya pada suatu malam dan berbincang dengannya, kemudian aku bangkit untuk pulang lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bangkit bersamaku (mengantarkanku). (HR. Bukhari dan Muslim).
Keluar dari masjid ketika itikaf ada tiga macam:
a). Keluar untuk suatu perkara yang merupakan keharusan seperti, buang air besar dan kecil, berwudhu dan mandi wajib atau lainnya seperti makan dan minum, ini adalah boleh apabila tidak memungkinkan dilakukan di dalam masjid.
b). Keluar untuk perkara ketaatan seperti, menjenguk orang sakit dan mengantarkan jenazah, hal ini tidak boleh dilakukan kecuali apabila dia telah berniat dan mensyaratkannya di awal itikaf.
c). Keluar untuk perkara yang menafikan itikaf seperti, untuk jual beli, jima dan bercumbu dengan isterinya dan semacam itu, hal ini tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan itikaf dan menafikan maksud dari itikaf. (Majalis Syahr Ramadhan hlm 160. Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin -Rahimahullah)


Sunday 11 May 2014

contoh makalah dengan hubungan pramuka dengan keberagamaan

LEMBAR PENGESAHAN
            Setelah mengadakan bimbingan, pengujian dan perubahan seperlunya, maka pembuatan makalah yang telah dilaksanakan oleh:
            Nama               : Khoerul Anas
            NIM                : 1310110055
            TTL                 : Kudus, 13 September 1994
            Jurusan            : Tarbiyah / PAI
            Alamat                        : Ds. Undaan Tengah. Rt.04/02 Kec. Undaan Kab. Kudus
            Judul               : Mengoptimalkan Karakter beragama anak muda Dengan System pembelajaran Pramuka.
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menuju Pandega Racana Sunan Kudus – Rabi'ah Al-Adawiyyah Gudep 04.1339 – 04.1338 Pangkalan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.

Kudus,     April 2013

            Penguji I                                                                                              Penguji II


(……...……………….)                                                                      (………………………)

            Penguji III                                                                                           Penguji IV                                                                                                                                                      

(……………………….)                                                                     (……………………….)

Mengetahui,
Dewan RSK-RRA
              Ketua RSK                                                                                       Ketua RRA


            (Lukman Hakim)                                                                     (Ana Zulfaturrohmawati)







KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada semuanya, sehingga saya berhasil dan telah menyelesaikan makalah ini dengan kerja sama dengan pembimbing yang alhamdulillah selesai dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam pastilah kita selalu khususkan kepada Nabi Agung MUHAMMAD SAW. Semoga kita semua diakui sebagai ummatnya dan utamanya kita semua mendapatkan Syafaatnya kelak di hari Akhir.

Pada intinya makalah ini membahas tentang optimalisasi gerakan pramuka dalam keberagamaan, kemudian bagaimana pengaplikasiannya dan apakah banyak pengaruhnya bagi kehidupan beragama oleh pramuka-pramuka yang tlah lama ada pada bangsa ini. Saya menyadari bahwa makalah ini pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan selalu kami terima sebagai mana mestinya demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga terselesaikanlah makalah ini, semoga ALLAH SWT meridhai usaha kita dan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demikian pengantar makalah dari kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.


Pemakalah


( KHOERUL ANAS )







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu faktor penunjang dalam pendidikan moral yang termuat pula dalam kepramukaan. Pramuka yang bermoral adalah pramuka yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin ini disebut juga hati. Pramuka yang baik memiliki hati yang baik. Akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriyah yang baik pula. Selain itu Pendidikan pramuka ynag berbau dengan agama (islam) merupakan salah satu faktor yang membentuk kepribadian yang luhur bagi peserta didik pramuka. Selain membentuk kepribadian yang luhur, pendidikan agama Islam juga bertujuan menanamkan keimanan pada diri peserta didik yang tercermin dalam kehidupan mereka sehari-hari.

B.     RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa rumusan masalah yang termuat dalam makalah ini, yaitu ;
1.      Apakah pramuka optimal pada keberagamaan?
2.      Bagaimana aplikasi agama dlam pramuka?
3.      Kegiatan apa yang menunjukan keagamaan alam pramuka?

C.    TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melihat peranan gerakan pramuka sebagai lingkungan pendidikan yang ketiga dan mengingat betapa pentingnya peranan pendidikan agama, sebagai salah satu materi pendidikan untuk menjadikan manusia seimbang lahir dan bathinnya. Pendidikan agama merupakan jalan untuk mencapai tujuan gerakan-pramuka tersebut, menjadi manusia yang ber­kepribadian dan berwatak luhur, tinggi moral, mental, budi pekerti dan kuat keyakinan agamanya.



D.    MANFAAT
Makalh ini dapat bermanfaat berdasarkan bagaimana kita meng aplikasikan materi-materi yang telah termuat dalam makalah ini, dan juga dapat membantu para naka-anak pramuka dalam karakter pembangunan dan khususnya dalam kahidupan beragama dalam kepramukaan.
E.     LANDASAN TEORI
Optimalisasi pramuka dalam pandangan beragama. Pendidikan pramuka dalam beragama Islam juga bertujuan menanamkan keimanan pada diri peserta didik yang tercermin dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Untuk mengetahui peran pramuka dalam pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak anak didiknya perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui moralitas peserta didiknya, sebagaiman di utarakan dalam rumusan masalah. Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan menjadi salah satu gambaran bagi para pendidik kepramukaan dalam beragama Islam. Dalam merealisasikan dan optimalisasi tujuan tersebut diatas, maka kita juga dapat menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teoritis yaitu pendekatan dengan melakukan studi kepustakaan atau ketika kita menyampaikan materi-materi pramuka yang ada kaitanya dengan keberagamaan dalam kaitannya juga dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Dan yang kedua yaitu pendekatan empiris yang bertujuan untuk mengetahui secara langsung gambaran objek peserta didik pramuka yang dilakukan dengan mencari, mengamati, dan mengolah data yang di peroleh dari hasil pengamatan kita ketika kita member materi ataupun ketika kita member materi praktek kepada peserta didik kepramukaan.







BAB II
PEMBAHASAN
            Karakter merupakan salah satu alat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar untuk mengupayakan kehidupan yang damai, aman dan tentram. Dengan kata lain kerakter memiliki definise sebagai sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkahlaku (Zaen,Bunga.2012) Sehingga setiap individu diharapkan mampu menampilkan karakter yang baik untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
Kemudian Pramuka juga dapat dijadikan sebagai pendidikan di lingkungan ketiga, yaitu jalur yang sesuai dengan tujuan yang terkandung dalam pembangunan manusia seutuhnya. Karena gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan, perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia.
            Dalam pembentukan karakter, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi karakter pada masing-asing individu. Perbedaan karakter inilah yang kemudian menjadi pembeda antara satu individu dengan individu lain. Factor yang mempengaruhi pembentukan karakter:
1.      Factor intern yang sering ditunjukan berkaitan tingkat kecerdasan tiap individu, tingkahlaku individu dalam menyikapi masalah.
2.      Factor eksteren, dapat membentuk karakter seseorang melalui lingkungan sekolah, sekolah, atau masyarakat.
( Mustaqim,Wahyu.2013)

Kemudian, untuk pembentukan karakter keberagamaan seseorang, dapat juga dilakukan melalui beberapa kegiatan yang meningkatkan kreativitas belajar dan kegiatan-kegiatan yang berbau keagamaan. Kegiatan ini seperti kegiatan ekstrakurikuler pada instansi sekolah formal maupun nonformal, sepertihalnya ektrakulikuler pramuka.

Kegiatan Pramuka merupakan suatu wadah pembinaan dan pengembangan sumber daya generasi muda yang memiliki watak, akhlak dan juga memiliki budi pekerti luhur dan memiliki tanggung jawab yang cukup besar.
Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
( Anggriani, Fitri. 2013).
Kegiatan pramuka dapat dilaksanakan didalam dan diluar ruangan. sehingga seseorang dapat mengungkapkan kreativitasnya dalam kegiatan dan acara yang diselenggarakan pramuka.  kreativitas seseorang muncul tidak hanya karena dorongan intrinsiknya, melainkan perlu iklim lingkungan yang memungkinkan seseorang merasa aman untuk berkarya, berimajinasi, mengambil prakarsa, karena hanya dengan itu seseorang akan berani mengambil resiko. Dilain pihak, perkembangan kreativitas juga tumbuh karena factor Lingkungan yang mengandung keamanan dan kebebasan timbulnya aktivitas kreatif. Lingkungan pendidikan merupakan salah satu lingkungan yang diharapkan mampu mengembangkan potensi kreatif peserta didik.
(Hernawan, Arief Budi.2013)
Inti dari kegiatan pramuka ialah menerapkan kewajiban untuk diri sendiri dan orang lain disekitarnya.Melalui kegiatan pramuka ini, nilai-nilai yang dapat ditanamkan untuk diri sendira dan orang lain tercatum trisatya dan dasa dharma pramuka. Nilai-nilai dari trysatya dan dasa darma ialah:
A.    Tri Satya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
1.      Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menjalankan pancasila.
2.      Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat.
3.      Menepati Dasa Dharma.

B.     Dasa Dharma Pramuka

Pramuka itu :

1)      Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2)      Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3)      Patriot yang sopan dan kesatria
4)      Patuh dan suka bermusyawarah
5)      Rela Menolong dan tabah
6)      Rajin, terampil dan gembira
7)      Hemat, cermat, dan bersahaja
8)      Disiplin Berani dan setia
9)      Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10)  Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Nilai trysatya dan dasa darma yang dijelaskan diatas, dapat membentuk kaum muda dengan watak,kepribadian dan pekerti yang handal sebagai kader penerus bangsa pada masa depan.
Kegiatan dalam pramuka yang dapat membangun karakter anggota pramuka adalah seluruh kegiatan yang ada dalam pramuka, akan tetapi dari seluruh kegiatan yang ada dalam pramuka, baik kegiatan LKBB, PPGD, PUPK, Haking Rally, Pionering, Joged Komando, Marching Band dan Berkemah, kegiatan yang paling membentuk karakter adalah kegiatan berkemah karena dalam berkemah seluruh aspek kegiatan yang ada dalam pramuka dapat dilaksanakan dalam perkemahan yang dilakukan dengan menarik, menantang, edukatif, dan disitu juga terdapat pembelajaran bahwa kita sebagai orang muslim dituntut untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslim dalam keadaan apapun, walaupun kita sedang berada dihutan sekalipun. Bahkan kegiatan yang tidak ada dalam kegiatan rutin atau kegiatan lain dapat dilaksanakan dalam perkemahan seperti menghafal do’a-do’a, tahlilan, maulidan, dan keberagamaan lainnya.
Bapak pandu dunia, Baden Powell juga menyebutkan dalam Buku Pintar Pramuka bahwa : Kepramukaan tidaklah hanya ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku, melainkan suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak-beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya. Sehingga dengan permainan-permainan tersebut, maka akan timbul karakter seseorang yang kreatif dan taat beragama terutama agama islam.
Karakter yang dapat dikembangkan melalui proses dan nilai-nilai pembentukan karakter dalam kegiatan pramuka adalah karakter Religius, Jujur , Mandiri , Kerja keras, Disiplin ,Rasa ingin tahu,Kreatif ,Tanggung jawab, Komunikatif Cinta damai,Toleransi, Demokratis, Menghargai Prestasi dan Gemar Membaca.
(Hakim ,Arief Rahman.2011).
Hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan untuk melaksanakan kegiatan pramuka ialah faktor penunjang dan faktor penghambat. Faktor penunjang dan kendala dalam kegiatan pramuka merupakan faktor yang memiliki titik penting terhadap pelaksanaan kegiatan pramuka karena dapat menjadi support dan dukungan dari diri sendiri, anggota pramuka lain dan. Sedangkan faktor penghambat atau kendalanya adalah faktor dana yang masih sangat kurang untuk berpartisipasi dalam kegiatan pramuka.
Namun kenyataan yang terlihat pada anak remaja sekarang, faktor penghambat lebih dominan terhadapp faktor pendukung. Sehingga untuk mengembangkan kegiatan pramuka perlu teknik pembelajaran yang menyenangakan.
Disisi lain, dalam pandangan masyarakat sendiri,kegiatan pramuka memiliki nilai prestasi yang cukup tinggi, dimana Masyarakat memandang bahwa anggota pramuka sebagai sosok yang pemberani, disiplin, cekatan, dan memiliki sifat-sifat kepedulian terhadap sesama hidup dan lingkungan dan dengan kepramukaan diharapkan dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan negatif seperti tawuran, narkoba, seks bebas dan lain-lain.


Belakangan ini kegiatan kepramukaan di sekolah kurang berjalan dengan optimal. Kegiatan pramuka hanya dianggap sebagai peraturan sekolah, dimana siswa hanya menggunakan seragam pramuka tanpa melaksanakan kegiatan pramuka.Padahal jika siswa benar-benar mengikuti kegiatan pramuka dan mengamalkan nilai-nilainya, maka pasti siswa akan merasa senang karena kegiatan pramuka tersebut dikemas dengan seru, menarik dan rekreatif.
           


BAB III
PENUTUP
A.    CRITICAL THINKING
Pramuka sebagai pendidikan di lingkungan ketiga adalah jalur yang sesuai dengan tujuan yang terkandung dalam pembangunan manusia seutuhnya. Karena gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan, perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Tujuan pembuatan tugas SKU ini juga untuk melihat peranan gerakan pramuka sebagai lingkungan pendidikan yang ketiga dan mengingat betapa pentingnya peranan pendidikan agama, sebagai salah satu materi pendidikan untuk menjadikan manusia seimbang lahir dan bathinnya.
Penyampaian pendidikan moral, budi pekerti, mental, dan ke­yakinan beragama dilakukan lewat upacara-upacara latihan, permainan yang menarik dan mengandung unsur pendidikan. Renung­an/do’a menyebut kebesaran asma-Nya dan ciptaan-Nya merupa­kan kewajiban yang harus dilakukan setiap Pramuka bila akan melakukan tugasnya.
Lingkungan teman sebaya, orang tua dan tetangganya mendu­kung sikap moral, budi pekerti, mental dan keyakinan pada agama dan kepercayaan anak didik untuk menjadikan dirinya manusia yang berguna dan bertingkah laku positif terhadap norma-norma yang berlaku bagi masyarakatnya. Dan lingkung­an yang baik ini dapat lebih mengembangkan tujuan pendidikan pramuka sendiri.
Untuk mengevaluasi hasil latihan, sikap laku anggota pra­muka harus sesuai dengan kode kehormatan pramuka maka pembina tidak saja menilai dari hasil tanda kecakapan khusus saja, tetapi melihat secara observasi di luar jam-jam la­tihan maupun sikap gotong-royong mereka di antara sesama teman senasib dan terutama dalam hal keberagamaan.

B.     KESIMPULAN
Pendidikan agama merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan gerakan-pramuka tersebut, menjadi manusia yang ber­kepribadian dan berwatak luhur, tinggi moral, mental, budi pekerti dan kuat keyakinan agamanya. Dan di dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka pasal 9 disebutkan bahwa ge­rakan pramuka memberikan keleluasan kepada anggota-anggotanya untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya ma­sing-masing serta membina anak didik agar menjalankan kewajibannya terhadap agama atau kepercayaannya masing - ma­sing. Operasional dari ketentuan tersebut telah dibuat su­atu peraturan oleh Kwartir Nasiona1 Gerakan Pramuka dalam suatu Keputusan untuk menjalankan ibadat terhadap Tuhan Yang Maha Esa me1alui agama dan kepercayaannya.






DAFTAR PUSTAKA

Anggriani ,Fitri. 2013.Pengaruh Kegiatan Pendidikan Kepramukaan Terhadapperilaku Peserta Didik Sma N 1 Sungai Kakap. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura: Pontianak
Hakim ,Arief Rahman.2011. Pengaruh Kepribadian, Sikap, Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Kreatif Dalam Organisasi (Studi Pada Organisasi Kreatif Di Kota Semarang). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro:Semarang
Hernawan, Arief Budi.2013. Pengaruh Partisipasi Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kreativitas Belajar. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Mulyatiningsih,endang.2010.  Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem).Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan:jawa barat

Mustaqim,Wahyu.2013.Pengaruh Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah Terhadap Perilaku Akademik Siswa Kelas Xi  Teknik Komputer Jaringan  Di Smk Piri 1.Fakultas Teknik  Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Zaen,Bunga.2012. Pembentukan Karakter Bangsa (Proses Dan Nilai-Nilai Karakter Bangsa) Dalam Kegiatan Pramuka.UNJ:Bekasi