Thursday 24 April 2014

MAKALAH FILSAFAT MANUSIA

 MAKALAH

FILSAFAT MANUSIA


Mata Kuliyah : FILSAFAT



Disusun oleh :

1.      KHOERUL ANAS               1310110055




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS

TARBIYAH PAI

TAHUN 2013







KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami semuanya, sehingga kami berhasil dan telah menyelesaikan makalah ini dengan kerja sama kelompok kami yang alhamdulillah selesai dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam pastilah kita selalu khususkan kepada Nabi Agung MUHAMMAD SAW. Semoga kita semua diakui sebagai ummatnya dan utamanya kita semua mendapatkan Syafaatnya kelak di hari Akhir.

Pada intinya makalah ini membahas tentang filsafat manusia yang ilmunya selalu dikaji oleh ilmuan-ilmuan pada jaman dulu sampai sekarang, karena pada dasarnya filsafat manusia adalah ilmu yang abadi dan selalu berguna dalam kehidupan kita semua dan tanpa kita sadari kita telah menerapkan ilmu-ilmu dan beberapa metode filsafat manusia.

Kami menyadari bahwa makalah ini pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan selalu kami terima sebagai mana mestinya demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga terselesaikanlah makalah ini, semoga ALLAH SWT meridhai usaha kita dan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demikian pengantar makalah dari kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Filsafat manusia juga disebut dengan Antripologi filsafat, secara tidak langsung juga menyoroti pada hakekat atau esensi manusia. Oleh sebab itu, filsafat manusia berusaha pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendasar tentang manusia, sepertihalnya kedudukan manusia pada alam semesta ini, siapa penciptanya, apa hakikatnya, apa tanggung jawab oleh seorang manusia itu sendiri, seperti apa tujuan hidup seorang manusia, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan filsafat manusia.
Filsafat manusia itu sendiri juga merupakan bagian atau cabang dari sistem filsafat, yang secara metodis juga memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang yang lain, antara lain yaitu ; etika, filsafat sosial, estetika, ada pula bidang ilmu yang membahas tentang manusia(Antropologo dan Psikologi)

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari filsafat manusia ?
2.      Seperti apa metode filsafat manusia ?
3.      Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan manusia ?
4.      Apa ciri-ciri filsafat manusia ?
5.      Manfaat seperti apa yang bisa kita ambil dari kita mempelajari filsafat manusia ?

C.      TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menginformasikan atau memberitahukan pengetahuan tentang siapa sebenarnya manusia, apa hakikat tujuan hidup manusia, serta bagaimana hakikat manusia dalam filsafat. Setelah membaca makalah ini diharapkan manusia bisa sadar akan hakikat dan tujuan hidup yang sebenarnya. Sehingga manusia tidak seenak-enaknya dalam menjalani kehidupan ini. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini semoga dapat merubah model kehidupan di Era Globalisasi yang semakin menyimpang dan jauh dari Tuhan yang telah menciptakan manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

1.    PENGERTIAN
Menurut abidin (2007/3), filsafat manusia adalah bagian integral dari system filsafat, yang secara sepesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah ilmu filsafat yang membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi dari manusia. Maksud dari semua dimensi ialah membahas tentang fisik manusia, mental manusia, hakikat manusia, kedudukan manusia,tujuan asasi hidup manusia, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain.
Filsfat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala yang baerkaitan pada seorang manusia. Bisa juga diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam.
Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia seperti Psikologi, Antropologi, Fisiologi, dan Anatomi. Ilmu-imu tersebut hanya menjelaskan tentang keadaan fisik, dan hanya diselidiki secara observasi dan eksperimental, serta ruang lingkupnya serba terbatas kepada objeknya. Seangkan filsafat manusia memahas esensi manu sia dengan lebih menyeluruh, mulai dari makna kehadiran manusia di duina, tujuan hidup manusia, kedudukan manusia di dunia, dan lain-lain.

2.    PANDANGAN BEBERAPA FILSUF TENTANG MANUSIA.
Dibawah ini adalah beberapa pengertian tentang manusia oleh para tokoh Filsuf ;

a)   PLATO
Menurut plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh kedunia dan disatukan dengan badan (Timaeus). maka bagi plato, yang disebut manusia atau pribadi adalah diri sendiri. Sedangkan badan oleh plato dianggap sebagai alat yang berguna alat yang berguna ketika masih hidup didunia ini, disamping berguna, sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan, yaitu kembali pada dunia ide.[1]

b)   THOMAS AQUINAS
Thomas menolak pendapat dari plato tentang manusia diatas, bagi thomas, yang disebut manusia sebagai pribadi adalah “ makhluk inidifidu yang dianugrahi kodrat rasional” (summa theologi).  yang disebut makhluk individual, yang hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Maka sejauh jiwa dan badan sudah menyatu, itu sudah dikatakan hidup walaupun belum dapat berdikari, haruslah disebut sebagai pribadi yang utujh.
Dari pendapat dua tokoh tadi. Yang paling digunakan oleh filosof adalah pendapat dari thomas, namun pendapat thomas juga masih ada keganjalan,yaitu bahwa jiwa manusia itu diciptakan lengsung oleh ALLAH tanpa berhubungan dengan badan. Masih bisa dipertanyakan : seandainya manusia diciptakan secara langsung tanpa hubungan aktifitas dari manusia dan pengaruh orang tua(GEN), maka cocokkah dengan teori biologi yang dipercayai manusia pada zaman sekarang.? Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat tomas masih ada kekurangannya.

c)    DAFID HUME
Dadfid menyimpulkan bahwa pribadi adalah identitas diri. Yaitu kesaan jati diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. David berpegang teguh pengetahuan ilmiyah hanya dapat diciptakan dengan titik tolak pengalaman inderawi, yaitu dari penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan, dan pendengaran. Dari penyidikannya, dia menyimpulkan bahwa ‘pribadi’ “hanyalah suatu untingan atau kumpulan persepsi yang berbeda-beda, yang saling menggantikan secara berturutan dengan kecepatan yang luar biasa, selalu mengalir dan bergerak”.[2]

d)   IMANUEL KANT
Imanuel Kant memahami ‘pribadi’ sebagai berikut, “ sesuatu yang sadar akan identitas numerik mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda disebut seorang pribadi. Jiwa itu sadar, dan lain-lain. Maka jiwa adalah pribadi”.[3]

e)    JOHN STUART MILL
Untuk Mill, yang disebut ‘pribadi’ adalah manusia individual yang mempunyai kebebasan mutlak dalam hubungannya dengan masyarakat. Mill mempertentangkan individu dengan masyarakat. Bagi Mill, individu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari masyarakat. Apa pun alasannya individu harus diprioritaskan di atas masyarakat. Menjadi jelas bahwa baginya kepentingan individu tidak pernah boleh dikorbankan demi kepentingan masyarakat.[4]

f)     JOHN DEWEY
Kata ‘pribadi’ bagi John Dewey berarti seseorang yang bertindak sebagai wakil dari suatu grup atau masyarakat.[5] Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia mengemban dan menampikan nilai-nilai sosial masyarakat tertentu. Maka ada hubungan erat antara martabat seseorang sebagai pribadi dan perannya di dalam masyarakat. Dewey menolak mentah-mentah ide Mill yang mempertentangkan individu dengan masyarakat. Gagasan mengenai individu haruslah memasukkan nilai-nilai masyarakat – bukannya memandang masyarakat sebagai penghalang bagi kebebasan dan perkembangan individual. Hal ini jelas di dalam pandangan Dewey mengenai pribadi.

g)   JOHN MACMURRAY
John Macmurray menggunakan kata ‘pribadi’ untuk menunjuk kepada seorang pelaku yang konkret dan rill.[6] pribadi, menurut Macmurry, pertama-tama adalah pelaku (agent), bukannya pemikir. Baginya “ I do” lebih penting daripada “ I think”. Sifat khusus manusia adalah kemampunnya untuk bertindak, bukannya untuk berpikir. Akal terutama merupakan unsur pelengkap atau bagian integral dari tindakan. Artinya fungsi akal adalah untuk mengabdi tindakan. Tindakan merupakan pelaksanaan dari suatumaksud tertentu, dan dengan tindakkannya seseorang sekaligus masuk ke dalam relasi dengan pelaku-pelaku yang lain. Maka setiap masyarakat manusia adalah kesatuan dari pribadi-pribadi.
Namun, Macmurry menyadari bahwa tidak semua interaksi manusia bersifat personal atau pribadi. Hanya kalau manusia memperlakukan sesamanya sebagai pribadi, yaitu sebagai manusia yang mempunyai maksud atau cita-cita, maka interaksi itu bersifat personal. Karena masyarakat bukanlah melulu kenyataan yang terjadi begitu saja, tetapi melibatkan maksud atau intensi, maka maksud memainkan peranan penting di dalam hubungan manusiawi.
3.  Perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu lain
Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip dengan ilmu tentang alam,  berbudaya untuk menemukan hokum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di pelajari secara indrawi/bisa dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat menyerahkan penyelesaiannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia,
Keterbatasan metode observasi tidak memungkinkan ilmu-ilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh. Contohnya yaitu tenyang ilmu psikologi, ilmu tersebut hanya menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme.  Dan tidak menjelaskan tentang pengalaman spiritual dan eksistensinya. Ilmu laianya seperti antropologi dan sosiologi lebih memfokuskan pada gejala budaya dan pranata social, dan tidak enjelaskan dengan pengalaman dan gejala individu.
Maka berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu lain tentang manusia, yakni dengan menggunakan metode sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman dan pengetahuan kedalam satu visi. Oleh sebab itu daripada hanya berkisar tentang salah satu aspek-aspek tertentu dari manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok social, filsafat manusia justru berkenaan dengan totalitas dan keragaman aspek-aspek yang terdapat pada manusia secara universal dan lebih luas pembahasannya.
Dan penggunnaan metode refleksi, dalam filsafat manusia tampak dari pemikiran-pemikiran filsafati besar seperti yang dikembangkan misalnnya oleh Descartes, Kant, Edmund Husserl, Karl Jasper dan lain-Nya. Refleksi yang dimaksudkan disini menunjuk pada dua hal : pertama, pada pertanyan tentang esensi sesuatu hal. (misalnya : apakah esensi manusia itu, apakah esensi keindahan itu, apakah esensi alam semesta itu). Dan kedua, pada proses pemahaman diri (self-understanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkannya. Maka ada kemungkinan dalam filsafat manusia terdapat keterlibatan pribadi dan pengalaan subjektif  dari beberapa filsuf tertentu pada setiap apa yang difikirkannya.
Ada yang khas dengan filsafat manusia, dan tidak terdapat pada ilmu-ilmu tentang manusia. Kalau ilmu adalah netral dan bebas nilai. Maka bisa dikatakan juga bahwa ilmu berkenaan hanya dengan das Sein (kenyataan sebagaimana adanya). Nilai, dari manapun asalnya dan apapun bentuknya, diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai dipandang sesuatu yang subjektif dan tidak bisa diukur. Sehingga keberadaanya dianggap tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sebaliknya di dalam filsafat manusia, bukan hanya das Sein yang dipertimbangkan, tetapi juga das Sollen (kenyataan yang seharusnya).  Ini berarti bahwa nilai yang selain dipandang subjektif tetapi juga ideal, mewarnai kegiatan filsafat manusia.

4.     Ciri-ciri Filsafat Manusia
Bila melihat secara umum, filsafat manusia bercirikan :
  • Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat.
  • Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
  • Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami diri sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia, tidak luput dari kritik filsafat.[7]

Diatas mungkin itulah ciri singkat daripada filsafat manusia, sebagai penjelasanya dari ciri ekstensif itu sendiri ialah bahwa filsafat manusia adalah gambaran menyeluruh atau synopsis tentang realitas manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat mansuia tidak menyoroti aspek-aspek tertentu dari gejala dan kejadin mansuia secara terbatas. Aspek-aspek seperti kerohanian dan kejasmanisan, kebebasan dan determinisme, serta dimensi-dimensi seperti sosialitas dan individualitas. Semuanya itu ditempatkan dalam kesatuan gejala dan kejadian manusia, yang kemudian disoroti secara integral oleh filsafat manusia. Dan tentunya filsafat mansuia hanya menggambarkan realitas mamnusia secara garis besar saja. Ia berbeda dengan ilmu, tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang sangat mendetail dan spesifik tentang dimensi-dimensi tertentu dari manusia.
Kemudian  ciri lain dari filsafat manusia adalah penjelasan yang intensif (mendasar).  filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.  Dalam hubungannya dengan filsafat manusia, dapatlah kita katakan, bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat (esensi), akar atau struktur dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-hari (prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Orang bisa menggugat ciri intensif filsafat ini, misalnya dengan menyatakan bahwa ilmu pun pada prinsifnya hendak mencari dasar atau akar (sebab) dibalik gejala atau kejadian tertentu (akibat). Tetapi tentu saja, ada perbedaan dalam derajat dan intensitasnya.
Dan ciri kritis dari filsafat manusia ialah peka terhadap apa yang digelutinya atau terhadap objek yang dikajinya. Filsafat manusia hendak memahami manusia secara intensif dan ekstensif, maka ia tidak puas terhadap pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit, dangkal dan simplistic tentang manusia. Sambil menjalankan usahaya dalam memahami manusia secara ekstensif dan intensif, filsafat manusia tidak henti-hentinya mengecam kekuatan-kekuatan atau ideologi-ideologi yang ada itu.

5.    HAKIKAT TUJUAN HIDUP MANUSIA
Hakikat kehidupan manusia adalah menuju kematian,suka tidak suka,mau tidak mau,manusia pasti akan mengalami yang namanya mati. Sesungguhnya kita datang kedunia ini bukanlah atas kehendak kita,manusia datang kedunia,bukanlah atas kehendak manusia itu sendiri,tetapi manusia datang kedunia atas kehendak Allah SWT. Kattasoff (2002:281). Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan, manusia tidak boleh menyia-nyiakan masa hidupnya untuk berbuat kebajikan dan pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah, sepertihalnya yang telah diterangkan pada surat Adz Dzaariyat Ayat 56 ;

Yang artinya ; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (ALLAH)”. (Adz Dzaariyat Ayat 56).
Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya mencapai perjumpaan kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut seperti kembalinya air hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana dalam dimensi manusia yang berasal dari Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan bentuknya misalkan dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta dalam bentuk imateri. sedangkan unsur materi yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada materi yang membentuk jasad manusia. Sani (2007).

6.    MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3). Maksud dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dari segi fisik dan mental, tetapi semua aspek yang berkaitan tentang diri manusia.
Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Mufida,(2012). Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna.
Menurut latif (2006:15), dengan mengetahui dan mengenal siapa diri manusia, maka manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu saja, mengenal diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti membebaskan manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dari keterasingan diri sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami makna hadirnya manusia di dunia.
Hidup manusia dipimpin oleh pengetahuan manusia sendiri, oleh karena itu mengetahui kebenaran-kebenaran yang mendasar dalam hidup berarti mengetahui dasar-dasar hidup yang sebenarnya. Hal ini akan benar-benar Nampak pada etika manusia tersebut. Salam (2008:181). Dengan mempelajari filsafat manusia berarti mempelajari dasar-dasar dari esensi manusia. Setelah manusia mengetahui hakikat dirinya maka akan Nampak pada perubahan etika dalam menjalani kehidupan, serta lebih memaknai masa hidupnya.

7.    KEDUDUKAN DAN PERAN MANUSIA
Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia. Manusia yang memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai abdullah (kedudukan ketuhanan), an-nas (kedudukan antar manusia), al insan (kedudukan antar alam), al basyar (peran sebagai manusia biasa) dan khalifah (peran sebagai pemimpin). Seperti yang tercantumkan pada Al_Qur’an Surat Al_Baqarah Ayat 30 ;

Yang Artinya ; Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al_Baqarah Ayat 30).
Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan sebagai khalifah di muka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia di sini harus bersentuhan dengan sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia bersifat kreatif. Manusia terhadap Tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam muka bumi. Manusia dengan manusia yang lain memiliki korelasi yang seimbang dan saling berkerjasama dala rangka memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap Tuhan dan bertugas menjadikan alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, di mana harus menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, akal dan, ekologi.

a)     Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai Hamba)
Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga mereka menjadi ateis. Utamanya bagi penganut materialisme yang mempercayai bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur spiritual yang membuat benda itu tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran agama-agama di dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah Tuhan.
Agama apapun itu pasti mengajarkan hubungan kepada Tuhan sebagai hubungan yang dinomor-satukan sepertihalnya ketika kita memohon kepadanya, keterangan yang tercantum pada Suran Al’Araf Ayat 55 ;

Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Al’Araf Ayat 55).
tidak berarti mengutamakan hubungan ketuhanan dan memandang remeh hubungan-hubungan yang lain. Namun ketiga hubungan sebagai manusia perlu dijalankan secara bersamaan. Hanya saja hubungan kepada Tuhan hendaknya dijadikan patokan untuk berhubungan dengan dua yang lain. Dengan cara selalu ingat bahwa manusia dan alam merupakan ciptaan Tuhan. Sebagai manusia perlu adanya interaksi kepada semua makhluk agar kearifan kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

b)     Hubungan Antar Manusia. (Manusia sebagai makhluk sosial)
Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri. Setelah membahas mengenai hubungan kepada Tuhan, pasti menimbulkan perbedaan pendapat antar satu golongan dengan golongan yang lain yang diterangkan pada Surat Al_Hujaraat Ayat 13 ;

Yang Artinya ; Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al_Hujaraat Ayat 13).
Tuhan yang dibahasakan secara berbeda oleh masing-masing keyakinan bisa menjadi sumber perpecahan apabila tidak dipahami secara kemanusiaan. Bahwa setiap manusia itu berbeda-beda, pilihan keagamaan merupakan jalan pribadi yang tidak dapat diganggu gugat keabsahannya.
Semua orang boleh mengklaim dirinya lebih baik dibanding yang lain. Namun itu terbatas pada tataran keyakinan yang tidak harus diungkapkan dengan gerakan-gerakan yang justru membuat hubungan antarmanusia menjadi terhalang. Merasa lebih baik merupakan sifat manusiawi yang tidak dapat dihilangkan, namun dapat dikendalikan dengan pemahaman-pemahaman asas ketuhanan.

c)     Hubungan kepada Alam (manusia sebagai makhluk)
Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam. Alam tidak terjustifikasi sebagai bentuk dari pepohonan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Namun alam mencakup semua hal, baik alam yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Adapun ayat yang menerangkan ada pada Surat Al-Luqman Ayat 20 ;

Yang Artinya ; Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.(Al_Luqman Ayat 20).
Dari ayat tersebut kita dapat memahami ternyata seluruh alam semesta dengan semua bentuk keteraturannya dan hokum-hukum yang berlaku lalu diserahkan dan ditundukkan kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri, manusia yang telah diberi wewenang untuk mengelolanya dan juga merawat dan memanfaatkan alam semesta ini dengan sebaik mungkin.



DAFTAR PUSTAKA
FILSAFAT MANUSIA. ZAENAL ABIDIN. PT REMAJA ROSDAKARYA. BANDUNG,.2000

DR.P.HARDONO HADI. JATI DIRI MANUSIA. PENERBIT KANISIUS. YOGYAKARTA.1996.
http.//ciri-ciri filsafat manusia.co.id
Ahira, anne. 2011.http://www.anneahira.com/filsafat-manusia.htm. diunduh 05-12-2012. Pukul 17:18 WIB

John Stuart Mill, On Liberty, Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 1978

John Dewey, individualis Old and New, New York: Capricon Books, 1962

John Macmurry, Persons in Relations, Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press, 1984

A Treatise of Human Nature, hlm. 258. Ctritique of Pure Reason, A 361




[1]FILSAFAT MANUSIA. ZAENAL ABIDIN. PT REMAJA ROSDAKARYA. BANDUNG, 2000
[2]. A Treatise of Human Nature, hlm. 258.
[3]Ctritique of Pure Reason, A 361
[4]John Stuart Mill, On Liberty, Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 1978
[5]John Dewey, individualis Old and New, New York: Capricon Books, 1962
[6] . John Macmurry, Persons in Relations, Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press, 1984
[7].  http.//ciri-ciri filsafat manusia.co.id

No comments:

Post a Comment