MAKALAH
FILSAFAT
MANUSIA
Mata
Kuliyah : FILSAFAT
Disusun
oleh :
1. KHOERUL ANAS 1310110055
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
TARBIYAH PAI
TAHUN 2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami semuanya, sehingga kami
berhasil dan telah menyelesaikan makalah ini dengan kerja sama kelompok kami
yang alhamdulillah selesai dan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam pastilah kita
selalu khususkan kepada Nabi Agung MUHAMMAD SAW. Semoga kita semua diakui
sebagai ummatnya dan utamanya kita semua mendapatkan Syafaatnya kelak di hari
Akhir.
Pada intinya makalah ini membahas
tentang filsafat manusia yang ilmunya selalu dikaji oleh ilmuan-ilmuan pada
jaman dulu sampai sekarang, karena pada dasarnya filsafat manusia adalah ilmu
yang abadi dan selalu berguna dalam kehidupan kita semua dan tanpa kita sadari kita
telah menerapkan ilmu-ilmu dan beberapa metode filsafat manusia.
Kami menyadari bahwa makalah ini
pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun akan selalu kami terima sebagai mana
mestinya demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
sehingga terselesaikanlah makalah ini, semoga ALLAH SWT meridhai usaha kita dan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demikian pengantar makalah dari
kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Filsafat manusia juga disebut dengan Antripologi
filsafat, secara tidak langsung juga menyoroti pada hakekat atau esensi
manusia. Oleh sebab itu, filsafat manusia berusaha pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat mendasar tentang manusia, sepertihalnya kedudukan manusia pada alam
semesta ini, siapa penciptanya, apa hakikatnya, apa tanggung jawab oleh seorang
manusia itu sendiri, seperti apa tujuan hidup seorang manusia, dan masih banyak
lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan filsafat manusia.
Filsafat manusia itu sendiri juga merupakan bagian
atau cabang dari sistem filsafat, yang secara metodis juga memiliki kedudukan
yang setara dengan cabang-cabang yang lain, antara lain yaitu ; etika, filsafat
sosial, estetika, ada pula bidang ilmu yang membahas tentang
manusia(Antropologo dan Psikologi)
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari filsafat manusia ?
2.
Seperti apa metode filsafat manusia ?
3.
Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu lain
yang berhubungan dengan manusia ?
4.
Apa ciri-ciri filsafat manusia ?
5.
Manfaat seperti apa yang bisa kita ambil dari kita
mempelajari filsafat manusia ?
C. TUJUAN
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk menginformasikan atau memberitahukan
pengetahuan tentang siapa sebenarnya manusia, apa hakikat tujuan hidup manusia,
serta bagaimana hakikat manusia dalam filsafat. Setelah membaca makalah ini
diharapkan manusia bisa sadar akan hakikat dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Sehingga manusia tidak seenak-enaknya dalam menjalani kehidupan ini. Selain
itu, tujuan pembuatan makalah ini semoga dapat merubah model kehidupan di Era
Globalisasi yang semakin menyimpang dan jauh dari Tuhan yang telah menciptakan
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
Menurut abidin (2007/3), filsafat
manusia adalah bagian integral dari system filsafat, yang secara sepesifik
menyoroti hakikat atau esensi manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah
ilmu filsafat yang membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi
dari manusia. Maksud dari semua dimensi ialah membahas tentang fisik manusia,
mental manusia, hakikat manusia, kedudukan manusia,tujuan asasi hidup manusia,
apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain.
Filsfat manusia merupakan sebuah
hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana
hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala yang baerkaitan pada seorang
manusia. Bisa juga diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang
sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya
yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam.
Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang
manusia seperti Psikologi, Antropologi, Fisiologi, dan Anatomi. Ilmu-imu
tersebut hanya menjelaskan tentang keadaan fisik, dan hanya diselidiki secara
observasi dan eksperimental, serta ruang lingkupnya serba terbatas kepada
objeknya. Seangkan filsafat manusia memahas esensi manu sia dengan lebih
menyeluruh, mulai dari makna kehadiran manusia di duina, tujuan hidup manusia,
kedudukan manusia di dunia, dan lain-lain.
2.
PANDANGAN BEBERAPA FILSUF TENTANG MANUSIA.
Dibawah ini adalah beberapa pengertian tentang manusia oleh para tokoh
Filsuf ;
a)
PLATO
Menurut plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh
kedunia dan disatukan dengan badan (Timaeus).
maka bagi plato, yang disebut manusia atau pribadi adalah diri sendiri.
Sedangkan badan oleh plato dianggap sebagai alat yang berguna alat yang berguna
ketika masih hidup didunia ini, disamping berguna, sekaligus juga memberati
usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan, yaitu kembali pada dunia ide.[1]
b)
THOMAS AQUINAS
Thomas menolak pendapat dari plato tentang manusia diatas, bagi
thomas, yang disebut manusia sebagai pribadi adalah “ makhluk inidifidu yang
dianugrahi kodrat rasional” (summa theologi). yang
disebut makhluk individual, yang hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan
antara jiwa dan badan. Maka sejauh jiwa dan badan sudah menyatu, itu sudah
dikatakan hidup walaupun belum dapat berdikari, haruslah disebut sebagai
pribadi yang utujh.
Dari pendapat dua tokoh tadi. Yang paling
digunakan oleh filosof adalah pendapat dari thomas, namun pendapat thomas juga
masih ada keganjalan,yaitu bahwa jiwa manusia itu diciptakan lengsung oleh
ALLAH tanpa berhubungan dengan badan. Masih bisa dipertanyakan : seandainya manusia diciptakan secara langsung tanpa hubungan
aktifitas dari manusia dan pengaruh orang tua(GEN), maka cocokkah dengan teori
biologi yang dipercayai manusia pada zaman sekarang.? Jadi bisa disimpulkan
bahwa pendapat tomas masih ada kekurangannya.
c)
DAFID HUME
Dadfid menyimpulkan bahwa pribadi adalah identitas diri.
Yaitu kesaan jati diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. David berpegang
teguh pengetahuan ilmiyah hanya dapat diciptakan dengan titik tolak pengalaman
inderawi, yaitu dari penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan, dan
pendengaran. Dari penyidikannya, dia menyimpulkan bahwa ‘pribadi’ “hanyalah
suatu untingan atau kumpulan persepsi yang berbeda-beda, yang saling
menggantikan secara berturutan dengan kecepatan yang luar biasa, selalu
mengalir dan bergerak”.[2]
d)
IMANUEL KANT
Imanuel Kant memahami ‘pribadi’ sebagai berikut, “ sesuatu yang
sadar akan identitas numerik mengenai dirinya sendiri pada waktu yang
berbeda-beda disebut seorang pribadi. Jiwa itu sadar, dan lain-lain. Maka jiwa
adalah pribadi”.[3]
e)
JOHN STUART MILL
Untuk Mill, yang disebut ‘pribadi’ adalah manusia individual yang
mempunyai kebebasan mutlak dalam hubungannya dengan masyarakat.
Mill mempertentangkan individu dengan masyarakat. Bagi Mill, individu mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari masyarakat. Apa pun alasannya individu harus
diprioritaskan di atas masyarakat. Menjadi jelas bahwa baginya kepentingan
individu tidak pernah boleh dikorbankan demi kepentingan masyarakat.[4]
f)
JOHN DEWEY
Kata ‘pribadi’ bagi John Dewey berarti seseorang yang bertindak sebagai
wakil dari suatu grup atau masyarakat.[5]
Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia mengemban dan menampikan
nilai-nilai sosial masyarakat tertentu. Maka ada hubungan erat antara martabat
seseorang sebagai pribadi dan perannya di dalam masyarakat. Dewey menolak
mentah-mentah ide Mill yang mempertentangkan individu dengan masyarakat.
Gagasan mengenai individu haruslah memasukkan nilai-nilai masyarakat – bukannya
memandang masyarakat sebagai penghalang bagi kebebasan dan perkembangan
individual. Hal ini jelas di dalam pandangan Dewey mengenai pribadi.
g)
JOHN MACMURRAY
John Macmurray
menggunakan kata ‘pribadi’ untuk menunjuk kepada seorang pelaku yang konkret
dan rill.[6]
pribadi, menurut Macmurry, pertama-tama adalah pelaku (agent), bukannya
pemikir. Baginya “ I do” lebih penting daripada “ I think”. Sifat khusus
manusia adalah kemampunnya untuk bertindak, bukannya untuk berpikir. Akal
terutama merupakan unsur pelengkap atau bagian integral dari tindakan. Artinya
fungsi akal adalah untuk mengabdi tindakan. Tindakan merupakan pelaksanaan dari
suatumaksud tertentu, dan dengan tindakkannya seseorang sekaligus masuk ke
dalam relasi dengan pelaku-pelaku yang lain. Maka setiap masyarakat manusia
adalah kesatuan dari pribadi-pribadi.
Namun, Macmurry
menyadari bahwa tidak semua interaksi manusia bersifat personal atau pribadi.
Hanya kalau manusia memperlakukan sesamanya sebagai pribadi, yaitu sebagai
manusia yang mempunyai maksud atau cita-cita, maka interaksi itu bersifat
personal. Karena masyarakat bukanlah melulu kenyataan yang terjadi begitu saja,
tetapi melibatkan maksud atau intensi, maka maksud memainkan peranan penting di
dalam hubungan manusiawi.
3. Perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu lain
Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip
dengan ilmu tentang alam, berbudaya
untuk menemukan hokum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di
pelajari secara indrawi/bisa dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat
menyerahkan penyelesaiannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia,
Keterbatasan metode observasi tidak memungkinkan
ilmu-ilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan
menyeluruh. Contohnya yaitu tenyang ilmu psikologi, ilmu tersebut hanya
menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme.
Dan tidak menjelaskan tentang pengalaman spiritual dan eksistensinya. Ilmu
laianya seperti antropologi dan sosiologi lebih memfokuskan pada gejala budaya
dan pranata social, dan tidak enjelaskan dengan pengalaman dan gejala individu.
Maka berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu
lain tentang manusia, yakni dengan menggunakan metode sintesis dan reflektif.
Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Penggunaan metode
sintesis dalam filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman dan
pengetahuan kedalam satu visi. Oleh sebab itu daripada hanya berkisar tentang
salah satu aspek-aspek tertentu dari manusia, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok social, filsafat manusia justru berkenaan dengan totalitas dan
keragaman aspek-aspek yang terdapat pada manusia secara universal dan lebih
luas pembahasannya.
Dan penggunnaan metode refleksi, dalam filsafat
manusia tampak dari pemikiran-pemikiran filsafati besar seperti yang
dikembangkan misalnnya oleh Descartes, Kant, Edmund Husserl, Karl Jasper dan
lain-Nya. Refleksi yang dimaksudkan disini menunjuk pada dua hal : pertama,
pada pertanyan tentang esensi sesuatu hal. (misalnya : apakah esensi manusia
itu, apakah esensi keindahan itu, apakah esensi alam semesta itu). Dan kedua,
pada proses pemahaman diri (self-understanding) berdasarkan pada totalitas
gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkannya. Maka ada kemungkinan
dalam filsafat manusia terdapat keterlibatan pribadi dan pengalaan
subjektif dari beberapa filsuf tertentu pada setiap apa yang
difikirkannya.
Ada yang khas dengan filsafat manusia, dan tidak
terdapat pada ilmu-ilmu tentang manusia. Kalau ilmu adalah netral dan bebas
nilai. Maka bisa dikatakan juga bahwa ilmu berkenaan hanya dengan das Sein
(kenyataan sebagaimana adanya). Nilai, dari manapun asalnya dan apapun
bentuknya, diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai
dipandang sesuatu yang subjektif dan tidak bisa diukur. Sehingga keberadaanya
dianggap tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sebaliknya di dalam
filsafat manusia, bukan hanya das Sein yang dipertimbangkan, tetapi juga das
Sollen (kenyataan yang seharusnya). Ini berarti bahwa nilai yang selain
dipandang subjektif tetapi juga ideal, mewarnai kegiatan filsafat manusia.
4.
Ciri-ciri
Filsafat Manusia
Bila melihat secara umum, filsafat manusia bercirikan
:
- Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya
jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat.
- Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan
intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau
struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
- Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf
akhir tidak lain adalah untuk memahami diri sendiri maka hal apa saja yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri
manusia, tidak luput dari kritik filsafat.[7]
Diatas mungkin itulah ciri singkat daripada filsafat
manusia, sebagai penjelasanya dari ciri ekstensif itu sendiri ialah bahwa
filsafat manusia adalah gambaran menyeluruh atau synopsis tentang realitas
manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat mansuia tidak menyoroti
aspek-aspek tertentu dari gejala dan kejadin mansuia secara terbatas.
Aspek-aspek seperti kerohanian dan kejasmanisan, kebebasan dan determinisme,
serta dimensi-dimensi seperti sosialitas dan individualitas. Semuanya itu
ditempatkan dalam kesatuan gejala dan kejadian manusia, yang kemudian disoroti
secara integral oleh filsafat manusia. Dan tentunya filsafat mansuia hanya
menggambarkan realitas mamnusia secara garis besar saja. Ia berbeda dengan
ilmu, tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang sangat mendetail dan
spesifik tentang dimensi-dimensi tertentu dari manusia.
Kemudian ciri lain dari filsafat manusia adalah
penjelasan yang intensif (mendasar). filsafat adalah kegiatan intelektual
yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang
melandasi segenap kenyataan. Dalam hubungannya dengan filsafat manusia,
dapatlah kita katakan, bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat
(esensi), akar atau struktur dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang
tampak pada gejala kehidupan sehari-hari (prailmiah), maupun yang terdapat di
dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Orang bisa menggugat ciri intensif
filsafat ini, misalnya dengan menyatakan bahwa ilmu pun pada prinsifnya hendak
mencari dasar atau akar (sebab) dibalik gejala atau kejadian tertentu (akibat).
Tetapi tentu saja, ada perbedaan dalam derajat dan intensitasnya.
Dan ciri kritis dari filsafat manusia ialah peka
terhadap apa yang digelutinya atau terhadap objek yang dikajinya. Filsafat
manusia hendak memahami manusia secara intensif dan ekstensif, maka ia tidak
puas terhadap pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit, dangkal dan
simplistic tentang manusia. Sambil menjalankan usahaya dalam memahami manusia
secara ekstensif dan intensif, filsafat manusia tidak henti-hentinya mengecam
kekuatan-kekuatan atau ideologi-ideologi yang ada itu.
5. HAKIKAT
TUJUAN HIDUP MANUSIA
Hakikat
kehidupan manusia adalah menuju kematian,suka tidak suka,mau tidak mau,manusia
pasti akan mengalami yang namanya mati. Sesungguhnya kita datang kedunia ini
bukanlah atas kehendak kita,manusia datang kedunia,bukanlah atas kehendak
manusia itu sendiri,tetapi manusia datang kedunia atas kehendak Allah SWT.
Kattasoff (2002:281). Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan, manusia tidak
boleh menyia-nyiakan masa hidupnya untuk berbuat kebajikan dan pada dasarnya
manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah, sepertihalnya yang telah
diterangkan pada surat Adz Dzaariyat Ayat 56 ;
Yang artinya
; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku (ALLAH)”. (Adz Dzaariyat Ayat 56).
Pada
hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya mencapai perjumpaan
kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut seperti kembalinya air
hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana dalam
dimensi manusia yang berasal dari Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai
dengan bentuknya misalkan dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta
dalam bentuk imateri. sedangkan unsur materi yang berada dalam diri manusia
akan kembali kepada materi yang membentuk jasad manusia. Sani (2007).
6.
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
Manfaat
mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia
secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri
manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3). Maksud
dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dari segi fisik dan mental,
tetapi semua aspek yang berkaitan tentang diri manusia.
Filsafat manusia
juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami,
menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia
dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di
dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan.
Mufida,(2012). Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu
memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup manusia
agar lebih bermakna.
Menurut
latif (2006:15), dengan mengetahui dan mengenal siapa diri manusia, maka
manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu saja, mengenal
diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti membebaskan
manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dari keterasingan diri
sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami makna
hadirnya manusia di dunia.
Hidup
manusia dipimpin oleh pengetahuan manusia sendiri, oleh karena itu mengetahui
kebenaran-kebenaran yang mendasar dalam hidup berarti mengetahui dasar-dasar
hidup yang sebenarnya. Hal ini akan benar-benar Nampak pada etika manusia
tersebut. Salam (2008:181). Dengan mempelajari filsafat manusia berarti
mempelajari dasar-dasar dari esensi manusia. Setelah manusia mengetahui hakikat
dirinya maka akan Nampak pada perubahan etika dalam menjalani kehidupan, serta
lebih memaknai masa hidupnya.
7. KEDUDUKAN DAN PERAN MANUSIA
Manusia sebagai
mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia. Manusia
yang memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai abdullah (kedudukan ketuhanan),
an-nas (kedudukan antar manusia), al insan (kedudukan antar alam), al basyar
(peran sebagai manusia biasa) dan khalifah (peran sebagai pemimpin). Seperti yang tercantumkan
pada Al_Qur’an Surat Al_Baqarah Ayat 30 ;
Yang Artinya ; Dan Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al_Baqarah Ayat 30).
Kedudukan dan peran manusia adalah
memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan sebagai khalifah di
muka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia di sini harus
bersentuhan dengan sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi
ingin tahu menjadikan ia bersifat kreatif. Manusia terhadap Tuhan memiliki
kedudukan sebagai hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an yang
tertanam sebagai penganti Tuhan dalam muka bumi. Manusia dengan manusia yang
lain memiliki korelasi yang seimbang dan saling berkerjasama dala rangka
memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap Tuhan dan bertugas
menjadikan alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, di
mana harus menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, akal dan, ekologi.
a) Hubungan kepada Tuhan (Manusia
sebagai Hamba)
Dalam kondisi
sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga
mereka menjadi ateis. Utamanya bagi penganut materialisme yang mempercayai
bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur spiritual yang membuat
benda itu tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran agama-agama di
dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah Tuhan.
Agama apapun
itu pasti mengajarkan hubungan kepada Tuhan sebagai hubungan yang
dinomor-satukan sepertihalnya ketika kita memohon kepadanya, keterangan yang
tercantum pada Suran Al’Araf Ayat 55 ;
Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas”. (Al’Araf Ayat 55).
tidak berarti mengutamakan hubungan
ketuhanan dan memandang remeh hubungan-hubungan yang lain. Namun ketiga
hubungan sebagai manusia perlu dijalankan secara bersamaan. Hanya saja hubungan
kepada Tuhan hendaknya dijadikan patokan untuk berhubungan dengan dua yang
lain. Dengan cara selalu ingat bahwa manusia dan alam merupakan ciptaan Tuhan.
Sebagai manusia perlu adanya interaksi kepada semua makhluk agar kearifan
kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
b) Hubungan Antar Manusia. (Manusia
sebagai makhluk sosial)
Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya sebagai
makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri. Setelah membahas
mengenai hubungan kepada Tuhan, pasti menimbulkan perbedaan pendapat antar satu
golongan dengan golongan yang lain yang diterangkan pada Surat Al_Hujaraat Ayat
13 ;
Yang Artinya ; Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al_Hujaraat Ayat 13).
Tuhan yang dibahasakan secara berbeda oleh masing-masing keyakinan bisa
menjadi sumber perpecahan apabila tidak dipahami secara kemanusiaan. Bahwa
setiap manusia itu berbeda-beda, pilihan keagamaan merupakan jalan pribadi yang
tidak dapat diganggu gugat keabsahannya.
Semua orang boleh mengklaim dirinya lebih baik dibanding yang lain.
Namun itu terbatas pada tataran keyakinan yang tidak harus diungkapkan dengan
gerakan-gerakan yang justru membuat hubungan antarmanusia menjadi terhalang.
Merasa lebih baik merupakan sifat manusiawi yang tidak dapat dihilangkan, namun
dapat dikendalikan dengan pemahaman-pemahaman asas ketuhanan.
c) Hubungan kepada Alam (manusia
sebagai makhluk)
Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam. Alam tidak
terjustifikasi sebagai bentuk dari pepohonan, tumbuh-tumbuhan dan lain
sebagainya. Namun alam mencakup semua hal, baik alam yang terlihat maupun yang
tidak terlihat.
Adapun ayat
yang menerangkan ada pada Surat Al-Luqman Ayat 20 ;
Yang Artinya
; Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab
yang memberi penerangan.(Al_Luqman Ayat 20).
Dari ayat
tersebut kita dapat memahami ternyata seluruh alam semesta dengan semua bentuk
keteraturannya dan hokum-hukum yang berlaku lalu diserahkan dan ditundukkan
kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri,
manusia yang telah diberi wewenang untuk mengelolanya dan juga merawat dan
memanfaatkan alam semesta ini dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
FILSAFAT
MANUSIA. ZAENAL ABIDIN. PT REMAJA ROSDAKARYA. BANDUNG,.2000
DR.P.HARDONO
HADI. JATI DIRI MANUSIA. PENERBIT KANISIUS. YOGYAKARTA.1996.
http.//ciri-ciri
filsafat manusia.co.id
Ahira, anne.
2011.http://www.anneahira.com/filsafat-manusia.htm. diunduh 05-12-2012. Pukul
17:18 WIB
John
Stuart Mill, On Liberty, Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 1978
John
Dewey, individualis Old and New, New York: Capricon Books, 1962
John
Macmurry, Persons in Relations, Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press,
1984
A
Treatise of Human Nature, hlm. 258. Ctritique of Pure Reason, A 361
No comments:
Post a Comment