Monday 28 April 2014

islam teologi pembahasan

Islam teology pembebasan

Islam dijadikan sebagai ketundukan kepada prinsip-prinsip kebenaran, kesetaraan sosial, cinta, dan prinsip-prinsip lain yang melandasi berdirinya suatu komunitas yang bebas dan setara. Islam bukanlah hanya sebuah ide baku atau suatu sistem ritual-ritual, upacara-upacara dan lembaga-lembaga yang kaku belaka, melainkan suatu prinsip yang selalu menghapuskan tatanan-tatanan lama yang sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, memelihara segala sesuatu yang masih relevan serta merevisi dan merenovasi dengan menghadirkan hal-hal baru yang lebih maslahat dan manfaat. Musa menghapus tatanan sosial yang dibangun Ibrahim. Isa mencabut tatanan ekonomi Musa. Muhammad SAW menghapus lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang dibangun oleh nabi-nabi sebelumnya. Tetapi semuanya saling menegaskan kebenaran satu sama lain. Kebenarannya adalah bahwa semua manusia adalah setara. Mereka harus jujur, berkata benar, dan berjuang melawan kekuatan-kekuatan jahat, diskriminasi, penindasan, dan kepalsuan. Lembaga-lembaganya boleh berubah, adat-istiadatnya juga boleh bervariasi, tetapi kebenaran, kesetaraan dan persaudaraan tetap tinggal sebagai prinsip-prinsip masyarakat yang bebas dan adil.

Landasan Agama Islam adalah Tauhid. Dalam dataran historis-empiris, zaman dahulu Islam hadir ditengah-tengah masyarakat yang kacau, yang ditandai dengan menipisnya penghargaan manusia pada nilai-nilai kemanusiaan mereka sendiri. Kehadiran Islam di bumi Arab pada satu sisi merupakan risalah pentauhidan, pengesaan Tuhan sebagai sesembahan Tunggal. Kehadiran Islam di tengah masyarakat Arab Jahiliyah juga diyakini sebagai awal lahirnya risalah pembebasan manusia dari ketertindasan, kebodohan, perbudakan dan diskriminasi struktur sosial di masyarakat Arab Jahiliyah. Islam sebenarnya hadir mengajak ummatnya untuk tunduk kepada Allah dan didorong untuk memberontak melawan penindasan, ketidak-adilan, kebodohan, serta ketiadaan persamaan (ketimpangan).

Hal ini bukanlah sekedar pernyataan verbal individual semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan keesaan itu sebagai basis utama pembentukan tatanan sosial-politik-kebudayaan. Pada dimensi individual, tauhid berarti pembebasan manusia dari sifat-sifat individualistik serta pembebasan dari segala bentuk belenggu perbudakan dalam arti yang luas, yaitu; perbudakan manusia atas manusia, perbudakan diri terhadap benda-benda dan perbudakan diri terhadap segala bentuk kesenangan-kesenangan pribadi, kebanggan dan kesombongan diri dihadapan orang lain serta hal-hal lain yang menjadi kecenderungan egoistik manusia.

Islam merupakan sebuah teologi pembebasan yang membumi dan humanis, dari Tuhan untuk manusia penghuni bumi. Teologi pembebasan menemukan momentumnya, khususnya ketika marak dan gencarnya pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan ditanah air maupun dibelahan dunia ketiga umumnya. Dalam momen itulah Teologi alternatif diperlukan, yaitu Teologi Pembebasan, teologi populis atau teologi padanan lainnya sebagai antitesis Teologi Elitis, rumit, dan melangit. Teologi yang dibutuhkan pada masa kini adalah Teologi yang membumi, yang mampu mendobrak supremasi tirani dan rezim lalim, mengenyahkan belenggu-belenggu kebebasan, mengejar berbagai ketertinggalan, mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Pesan Teologi tersebut sangat luhur, humanis, dan mulia.

Untuk itulah kita sebagai pemegang tali estafet perjuangan bangsa harus senantiasa mengawal dan mengontrol segala kebijakan dan keputusan yang dikeluarkan pemerintah. Kalau memang dinilai tidak memihak rakyat, kita harus berani berada pada barisan depan untuk menyuarakan tidak pada penguasa yang lalim tersebut.


No comments:

Post a Comment