Islam teology pembebasan
Islam dijadikan sebagai ketundukan kepada prinsip-prinsip kebenaran,
kesetaraan sosial, cinta, dan prinsip-prinsip lain yang melandasi berdirinya
suatu komunitas yang bebas dan setara. Islam bukanlah hanya sebuah ide baku
atau suatu sistem ritual-ritual, upacara-upacara dan lembaga-lembaga yang kaku
belaka, melainkan suatu prinsip yang selalu menghapuskan tatanan-tatanan lama
yang sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, memelihara
segala sesuatu yang masih relevan serta merevisi dan merenovasi dengan menghadirkan
hal-hal baru yang lebih maslahat dan manfaat. Musa menghapus tatanan
sosial yang dibangun Ibrahim. Isa mencabut tatanan ekonomi Musa. Muhammad SAW
menghapus lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang dibangun oleh nabi-nabi
sebelumnya. Tetapi semuanya saling menegaskan kebenaran satu sama lain.
Kebenarannya adalah bahwa semua manusia adalah setara. Mereka harus jujur,
berkata benar, dan berjuang melawan kekuatan-kekuatan jahat, diskriminasi,
penindasan, dan kepalsuan. Lembaga-lembaganya boleh berubah, adat-istiadatnya
juga boleh bervariasi, tetapi kebenaran, kesetaraan dan persaudaraan
tetap tinggal sebagai prinsip-prinsip masyarakat yang bebas dan adil.
Landasan Agama Islam adalah Tauhid. Dalam dataran
historis-empiris, zaman dahulu Islam hadir ditengah-tengah masyarakat yang
kacau, yang ditandai dengan menipisnya penghargaan manusia pada nilai-nilai
kemanusiaan mereka sendiri. Kehadiran Islam di bumi Arab pada satu sisi
merupakan risalah pentauhidan, pengesaan Tuhan sebagai sesembahan Tunggal. Kehadiran
Islam di tengah masyarakat Arab Jahiliyah juga diyakini sebagai awal lahirnya
risalah pembebasan manusia dari ketertindasan, kebodohan, perbudakan dan
diskriminasi struktur sosial di masyarakat Arab Jahiliyah. Islam sebenarnya
hadir mengajak ummatnya untuk tunduk kepada Allah dan didorong untuk
memberontak melawan penindasan, ketidak-adilan, kebodohan, serta ketiadaan
persamaan (ketimpangan).
Hal ini bukanlah sekedar pernyataan verbal individual
semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan keesaan itu sebagai basis
utama pembentukan tatanan sosial-politik-kebudayaan. Pada dimensi individual,
tauhid berarti pembebasan manusia dari sifat-sifat individualistik serta
pembebasan dari segala bentuk belenggu perbudakan dalam arti yang luas, yaitu;
perbudakan manusia atas manusia, perbudakan diri terhadap benda-benda dan
perbudakan diri terhadap segala bentuk kesenangan-kesenangan pribadi, kebanggan
dan kesombongan diri dihadapan orang lain serta hal-hal lain yang menjadi
kecenderungan egoistik manusia.
Islam merupakan sebuah teologi
pembebasan yang membumi dan humanis, dari Tuhan untuk manusia
penghuni bumi. Teologi pembebasan menemukan momentumnya, khususnya ketika marak
dan gencarnya pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan ditanah air maupun
dibelahan dunia ketiga umumnya. Dalam momen itulah Teologi alternatif
diperlukan, yaitu Teologi Pembebasan, teologi populis atau teologi padanan
lainnya sebagai antitesis Teologi Elitis, rumit, dan melangit. Teologi yang
dibutuhkan pada masa kini adalah Teologi yang membumi, yang mampu
mendobrak supremasi tirani dan rezim lalim, mengenyahkan belenggu-belenggu
kebebasan, mengejar berbagai ketertinggalan, mengentaskan kemiskinan dan
keterbelakangan. Pesan
Teologi tersebut sangat luhur, humanis, dan mulia.
Untuk itulah kita sebagai pemegang tali estafet
perjuangan bangsa harus senantiasa mengawal dan mengontrol segala kebijakan dan
keputusan yang dikeluarkan pemerintah. Kalau memang dinilai tidak memihak
rakyat, kita harus berani berada pada barisan depan untuk menyuarakan tidak pada
penguasa yang lalim tersebut.
No comments:
Post a Comment